Jumat, 20 Maret 2009

QUANTUM OF SOLACE,Bond tanpa Perangkat James Bond

Sutradara: Marc Foster
Skenario: Paul Haggis, Joshue Zetumer, Neil Purvis, Robert Wade
Pemain: Daniel Craig, Judi Dench, Mathieu Amalric, Olga Kurylenko

Di dunia James Bond versi Daniel Craig, persoalannya bukan lagi apakah segelas martini harus dikocok atau diaduk. Setelah melalui berbagai tafsir Bond yang tampan dan kenes, Craig memberikan sebuah definisi baru tentang seorang agen intelijen yang dingin dan seksi. Yang menantang sekaligus membuat napas berhenti. Segelas martini dan tuksedo itu tak penting lagi. Bond versi Craig boleh tampil sekumel mungkin, dan dia akan tetap menjadi Bond abad ke-21 yang lezat.

Di panggung Daniel Craig, kita tak perlu ribut-ribut soal plot. Yang penting sekarang adalah bagaimana sutradara Marc Foster menyajikan Bond pada abad yang sudah memiliki jagoan baru lain seperti Bourne, atau bahkan serial 24 dan Alias yang memanfaatkan teknologi sinematik yang lebih baru, lebih canggih, dan lebih keren daripada film-film James Bond di masa lalu. Bagaimana dunia yang kini lebih memfokuskan diri pada terorisme dan ancaman senjata kimia bisa diadaptasikan pada kisah Ian Fleming yang di masa lalu berkutat dengan masalah komunisme.

Dalam film Quantum of Solace, Bond menggotong dendamnya ke mana-mana. Dari pengkhianatan wanita yang dicintainya, Vesper Lynd (dalam film Casino Royale), Bond berniat mencari kebenaran di balik tingkah Vesper yang mencuri uang hasil kasino yang dimenangi Bond.

Dendam dan keinginan melindungi M (Judi Dench)—bos agen intelijen terbesar di Inggris yang dingin, tegas tetapi toh protektif pada Bond seperti seorang ibu.

Kali ini, Bond menjelajah tanpa fasi-litas apa pun. Korban berjatuhan dan ternyata salah satunya adalah ”orang dalam”. M menahan segala fasilitas kartu kredit dan kemewahan. Bond berkelana seadanya, tak ada pernik teknologi, tak ada mobil terbang atau mobil yang menyodok laut. Kali ini dia mengejar, membunuh, menghajar tanpa bantuan pernik dari Q (kenapa dia hilang?); dia cuma bergumul dengan seorang perempuan, Strawberry Fields (lha, piye?) dan cukup elegan ”hanya” mencium si cantik Camille Montes (Olga Kurylenko) pada akhir film.

Syahdan, James Bond mencari biang kerok dari segala peristiwa hitam yang membuat wanita yang dicintainya mengkhianatinya dan tewas dalam Casino Royale. Untuk mendapatkan sang biang kerok, Bond harus mencari Dominic Greene (Mathieu Amalric), seorang pendiri sebuah organisasi kriminal berkedok pembela lingkungan bernama Quantum. Bond menyeberang ke Austria, Italia, dan Amerika Selatan. Dengan bantuan Rene Mathis (Giancarlo Giannini), Bond memburu Greene, yang sudah siap menjungkalkan Camille dari lantai atas sebuah gedung tua. Saat itu Greene tengah berupaya memanipulasi Jenderal Medrano dari Bolivia untuk menukar sebidang tanah—yang menjadi sumber utama suplai air—dengan janji bahwa dia akan mampu mengerahkan koneksinya untuk menjungkalkan rezim Bolivia saat itu.

Transaksi ini kemudian terganggu oleh kehadiran Bond dan Camille—yang punya dendam pribadi terhadap sang jenderal. Di tengah gempuran api yang menjilat hotel di tengah padang pasir itu, Bond berkelahi dengan Greene, sementara Camille menerjang sang jenderal yang gemar memerkosa.

Mungkin sutradara Marc Foster (sebelumnya lebih sering membuat film drama seperti Finding Neverland, Monster’s Ball, dan The Kite Runner) ingin menunjukkan sesuatu yang berbeda. Yang pertama dia lakukan adalah meruntuhkan seluruh karakteristik Bond. Minuman martini kegemaran Bond yang selalu disertai ucapan kepada bartender ”shaken, not stirred” sudah dirontokkan dalam Casino Royale dengan ucapan Bond yang ketus: ”memangnya aku peduli?”

Lantas sekarang kita melihat Bond, seperti juga jagoan lainnya seperti Bourne atau Jack Bauer yang mampu berkelahi dengan tangan kosong, tanpa bantuan pernak-pernik mewah dan kinclong buatan Q. Tanpa pernik, Bond jadi terasa aneh dan tidak istimewa; tapi mungkin dia jadi lebih jantan. Tambah lagi, cewek-cewek Bond tak lagi tampil sebagai aksesori. Camille Montes, yang sayangnya diperankan dengan buruk oleh Olga Kurylenko, memiliki sejarah hitam dengan Jenderal, dan mendampingi Bond sebagai pasangan penuh dendam. Sepanjang film, Olga hanya tampil dengan satu macam ekspresi: cemberut seperti gadis remaja ngambek. Benarkah dia dipilih di antara 7.000 peserta audisi? Seriously! Dia adalah satu dari sekian Bond girls yang tampil paling buruk sepanjang sejarah (setelah Grace Jones).

Sosok M kini lebih seperti seorang ibu yang khawatir terhadap tingkah laku Bond yang dianggap di luar akal sehat. Tetapi lihatlah adegan M memberikan instruksi melalui telepon, sembari membersihkan wajah dengan lotion, bak seorang pembunuh tengah membersihkan ”kutu-kutu” dengan sekali usap. Itu bukan gerak seorang ibu, melainkan seorang pembunuh yang dingin.

Mereka yang telanjur jatuh cinta pada ciri khas Bond ala Ian Fleming memang harus mengucapkan selamat tinggal. Bond sekarang milik Hollywood dan dunia, sehingga ia menjadi suatu karya pop ”klasik” yang bebas ditafsirkan oleh pemain dan sineasnya.

Kali ini Foster juga ingin memasukkan rasa ”seni” dalam Bond. Adegan intercut antara sebuah opera akbar Tosca di Danau Constance di Austria dan adegan kejar-mengejar dengan rombongan Dominic Greene berakhir dengan sebuah adegan slow motion tanpa suara di antara lontaran peluru ke seluruh penjuru itu: dahsyat! Memang ini tidak orisinal, karena film The Godfather 3 juga sudah melakukannya: art imitates life.

Sementara dua tahun lalu film Casino Royale (sutradara: Martin Campbell) berhasil mengguncang dunia, kini Quantum of Solace ternyata menjungkirbalikkan definisi Bond yang telanjur kita kenal. Lalu siapakah gerangan agen berwajah ganteng, seksi, dingin, yang tak peduli dengan minumannya (apakah dikocok atau diaduk) dan tak lagi gemar meniduri banyak perempuan? Masihkah dia bernama ”Bond. James Bond”?

(Dari Majalah TEMPO Edisi 38/XXXVII 10 November 2008)

Selasa, 17 Maret 2009

The Secret

Judul Buku : The Secret
Penulis : Rhonda Byrne
Alih Bahasa : Susi Purwoko

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Cetakan : I, 2007

Tebal : xviii+ 232 Halaman







Buku The Secret karya Rhonda Byrne dalam dua bulan terakhir menjadi perbincangan, khususnya peminat buku-buku pengembangan pribadi atau motivasi. Bahkan motivator sekelas Tung Desem Waringin membahasnya dalam seminar-nya akhir-akhir ini di Jakarta pekan lalu. Tidak hanya itu, lembaga pengembangan pribadi seperti Kata Hati pimpinan Erbe Sentanu, juga mengupasnya secara khusus di kelas terbatas di Jakarta maupun Surabaya, Trainers Club Indonesia juga mengadakan workshop mempraktekkan The Secret. Di Amerika, buku yang di-launching pada 2006 setelah film The Secret ditayangkan, langsung dibedah dalam acara Oprah Show asuhan Oprah Winfrey. Tak heran di Amerika buku ini jadi best seller versi New York Times.

The Secret menjadi salah satu buku "Top Five Best Seller" di Amazone.Com . Tak pelak The Secret karya Rhonda Byrne menjadi salah satu buku yang fenomenal seperti buku Rich Dad, Poor Dad Karya Robert T. Kiyosaki

Apa sebenarnya yang menarik dari buku setebal 232 halaman ini? Tak lain kemampuan Rhonda Byrne mengungkapkan rahasia orang-orang sukses di masa lalu dengan hukum tarik-menarik (the law of attraction). Selain itu, Rhonda juga mampu mengemas pikiran 24 pembicara kelas dunia untuk mengupas hukum tarik-menarik itu secara singkat dan padat. Para pembicara tersebut memiliki latar belakang berbagai disiplin ilmu. Dari psikolog, metafisika, pakar fungshui, pengusaha, filsuf, visionary, pakar fisika kuantum, sampai dokter spesialis syaraf. Beberapa pembicara cukup kita kenal di Indonesia, antara lain Jack Canfield pengarang "Chicken Soup for the Soul" dan "The Success Principles",Bob Proctor, Hale Dwoskin, Michael Bernard Beckwith, John Gray, James Ray,dll . Mereka secara bergantian mengupas rahasia sukses orang-orang kaya di masa lalu dan sekarang.

Rahasia sukses itu tertuang dalam 10 pokok bahasan. Yakni, pengungkapan rahasia, penyederhanaan rahasia, cara menggunakan rahasia, proses penuh daya, rahasia uang, rahasia relasi, rahasia kesehatan, rahasia dunia, rahasia Anda, dan rahasia kehidupan. Pada setiap pokok bahasan, Rhonda dan 24 pakar secara bergantian mengupas hukum tarik-menarik sisi kehidupan orang-orang sukses. Bahasan pertama, pengungkapan rahasia. Menurut Rhonda, semua orang sukses di masa lalu mengetahui rahasia sukses. Mereka memahami hukum tarik-menarik.

Menurut Bob Proctor, filsuf, pengarang, dan pembimbing pribadi, kita bekerja dengan satu daya yang tak terhingga. Semua membimbing sendiri dengan hukum-hukum yang persis sama. "Segala sesuatu yang datang ke dalam hidup Anda ditarik oleh Anda ke dalam hidup Anda. Dan segala sesuatu itu tertarik ke Anda oleh citra-citra yang Anda pelihara dalam benak. Oleh apa yang Anda pikirkan (hlm. 4). Lalu Rhonda menegaskan, tidak menjadi soal siapa Anda atau di mana Anda berada, hukum tarik-menarik membentuk seluruh pengalaman hidup, dan hukum yang saat berdaya ini melakukannya melalui pikiran-pikiran Anda (hlm 5).

Dari segi substansi, buku ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan buku-buku pengembangan pribadi atau motivasi karya penulis lain. Kekuatan Pikiran, kemampuan melihat segi positif dari setiap kejadian dan prinsip menggerakkan alam bawah sadar kita ke arah yang kita impikan untuk menarik alam sadar ke arah yang sama pula.

Yang menjadi menarik adalah kelihaian Rhonda menyederhanakan prinsip berpikir positif menjadi mudah dipahami dan tidak terlalu menggurui

Secara eksplisit Rhonda Byrne mengatakan apa yang disebut rahasia para tokoh sukses seperti yang dikatakan Rhonda secara mendalam telah dikupas Napoleon Hill dalam buku Think and Grow Rich yang terbit 1937. Buku-buku Hill telah menjadi inspirator para penulis buku motivasi saat ini.

Rhonda mengakui bahwa rahasia sukses yang dituangkan dalam The Secret terinspirasi dari buku pemberian putrinya yang berjudul The Science of Getting Rich karangan Wallace D. Wattles terbitan 1910. Sedangkan apa yang ditulis Napoleon Hill merupakan hasil wawancara langsung dengan 500 tokoh milyuner pada zamannya. Bisa dipahami, karena Napoleon seorang jurnalis. Tokoh-tokoh yang diwawancarai antara lain, Thomas Alfa Edison, penemu bohlam lampu, penemu telepon Alexander Graham Bell, Henry Ford, Presiden Theodore Roosevelt, raja minyak John D. Rockefeller, dan Charles M. Schwab.

Tentang rahasia yang diungkapkan buku The Secret, Napoleon telah menyinggungnya dalam kata pengantar buku Think and Grow Rich. Formula rahasia itu, katanya, memuaskan keinginan orang-orang yang siap mendapatkannya (hlm. 5, Think and Grow Rich).

Demikian pula dalam soal hukum tarik-menarik, yang merupakan ikon menonjol The Secret, Napoleon mengatakan: Otak kita dikelilingi oleh semacam magnet yang berasal dari pikiran-pikiran yang mendominasi benak kita. Dengan mekanisme yang rumit,"magnet- magnet" itu juga akan menarik semua kekuatan, orang, dan situasi yang selaras dengan pikiran dominasi kita (hlm. 37 Think and Grow Rich).

Tentang berpikir positif karya Bryne ini memang sudah banyak dibahas para penulis pengembangan pribadi. Tampaknya Rhonda hanya mengganti kemasannya. Apalagi ditunjang film The Secret, menjadikan buku ini mempunyai gema yang lebih luas dan panjang lagi karena dalam DVD-nya pun jelas disebut sebagai "extended version" dari Buku The Secret bahkan akan ada sequel ke-2 dari film The Secret

Tidak ubahnya sebuah karya, ada yang menyanjung ada pula yang memberi kritikan. Salah satu kritikan yang diungkapkan dalam The Secret ini adalah Rhonda seperti mengesampingkan Zat Tuhan menjadi "semesta"

Bagi saya pribadi hal tersebut bisa sangat dimaklumi karena bagaimanapun sebuah karya tidak luput dari latar belakang kehidupan pengarangnya dalam keseharian. Jika Anda membaca sebuah buku Motivasi dan Pengembangan Pribadi karya Norman Vincent Peale, Robert Schuller atau John C. Maxwell, Peter F Drucker, dll. Dimana Anda akan menemukan begitu banyak isi Kitab agama Nasrani yang digunakan untuk mendukungnya. Begitu juga sebaliknya jika Anda membaca buku dengan tema yang sama dan ditulis oleh pengarang dengan latar belakang agama selain Nasrani.

Berikut salah satu kritikan yang saya baca di internet

Bagi Rhonda, semesta adalah segalanya. Coba simak ungkapan selanjutnya: Jadi, ketika Anda merasa buruk, ini adalah komunikasi dari semesta yang berkata, "Peringatan! Ubah pikiran sekarang juga. Tercatat frekuensi negatif. Ubah frekuensi. Mulai menghitung mundur untuk perwujudan. Peringatan!"

Lalu, "Lain kali, ketika Anda merasa buruk atau merasakan emosi negatif, dengarkan sinyal yang Anda terima dari semesta. Pada saat itu juga Anda akan menghalangi kebaikan mendekati Anda karena Anda sedang berada di suatu frekuensi negatif. Ubahlah pikiran Anda dan pikirkan sesuatu yang baik. Ketika perasaan-perasaan yang baik mulai datang, Anda akan mengetahuinya karena Anda sudah memindahkan diri ke suatu frekuensi yang baru, dan Semesta telah mengukuhkannya dengan perasaan yang lebih baik(hlm. 37).

Buku ini lebih mengedepankan kekuatan akal dan kekuatan alam. Perilaku dan keinginan manusia seolah-olah hanya bergantung pada kekuatan alam. Misalnya, pada bab "Cara Menggunakan Rahasia", menyinggung proses penciptaan keinginan seseorang, Lisa Nichols, penasihat dan motivator pemberdayaan pribadi mengatakan, dalam meminta, berilah tugas kepada semesta. Biarkan semesta mengetahui apa yang Anda inginkan. Semesta selalu merespons pikiran-pikiran Anda (hlm. 51). Sedangkan Dr Joe Vitale menegaskan, semesta akan menyusun ulang dirinya dan mewujudkannya bagi Anda (hlm. 56).

Konsep cara berpikir positif dalam buku ini memang cukup lengkap. Hanya saja, ada yang aneh dan janggal. Dalam buku Rhonda Byrne ini, Tuhan diabaikan. Di mana posisi Tuhan? Apakah Rhonda Byrne telah menggantikan zat Tuhan yang Mahaagung dengan semesta?

Bagi saya pribadi, jika pembaca buku The Secret merasa tidak perlu bawa-bawa nama Tuhan tentu tidak akan menjadi masalah, tetapi bagaimana dengan kita di Indonesia yang katanya masyarkatnya beragama ?

Pendapat saya pribadi adalah , jika setelah Anda membaca buku ini , khususnya bagi yang merasa "agama-nya kuat" apakah lebih menjadikan Anda dekat dengan Tuhan Anda ? ataukah sebaliknya ? Jika sebaliknya segera tinggalkan buku ini

Ataukah Anda bisa mengambil intisari dari buku ini (seperti pepatah bilang;"nasehat yang keluar dari mulut anjing tetaplah nasehat" ) dan menerapkan dalam kehidupan Anda serta tetap atau bahkan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan ?

Download Ebook "DVD The Secret" di Disini

HITMAN

Judul Film : HITMAN (2007)
Genre : Action/Thriller.
Sutradara : Xavier Gens.
Skenario : Skip Woods.
Produksi : 20th Century Fox.
Pemain : Timothy Olyphant, Dougray Scott, Olga Kurylenko, Robert Knepper, Ulrich Thomsen.
Durasi : 95 min.


Sinopsis :


Satu lagi sebuah film yang diadaptasi dari sebuah permainan (games). Hitman yang merupakan sebuah software game PC (komputer) produksi Eidos, perusahaan Teknologi Informatika di bidang program software, yang cukup diminati banyak kalangan pecinta games PC dalam kurun waktu 5 tahun terakhir di Indonesia.

Kini, 20th Century Fox memberi tawaran pada sutradara muda Perancis, Xavier Gens untuk mengadaptasi games tersebut ke layar lebar. Hitman, berkisah Agen 47 [Timothy Olyphant] yang telah melewati masa pendidikan untuk menjadi seorang pembunuh bayaran yang profesional.

Keberanian dan dedikasinya yang tinggi merupakan kekuatannya dalam bekerja. Kode 47 juga merupakan dua digit terakhir dari tato barcode yang ada di tengkuk kepalanya yang plontos. Sang pemburu pun menjadi incaran buruan, saat Agen 47 tertangkap. Bersamaan dengan transisi pergantian kekuasaan politik.

Interpol dan militer Rusia mengejar Agen 47 sampai ke Eropa Timur. Ketika ia mencoba untuk mencari informasi seputar tokoh yang menjebaknya dan mengapa mereka mencoba mengeluarkannya dari permainan tersebut.

Tetapi, ancaman yang paling besar bagi hidup Agen 47 datang dari rasa simpati dan emosi yang tidak biasa dari hasutan seorang gadis cantik dan berbahaya.

Pertemuan Agen 47 dan Nika Boronina [Olga Kurylenko], seorang saksi pembunuhan Mikhail Belicoff [Ulrich Thomsen] yang ternyata, juga merupakan wanita peliharaan Belicoff ini. Akhirnya, menjadi teman seperjalanan Agen 47 dalam usahanya untuk memecahkan teka-teki tentang siapa yang menginginkan pembunuhan terhadap dirinya.

Mike Whittier [Dougray Scott], agen interpol yang terobsesi untuk menghentikan sepak terjang Agen 47 ini, sangat mencintai keluarganya. Sementara itu, kehadiran karakter agen rahasia Rusia (FSB), Yuri Marklov [Robert Knepper] dengan gaya khas Rusia yang terkesan aristokrat, turut melengkapi perseteruan Mike dan Agen 47.

Selayaknya film action, Hitman memberi suguhan aksi duel senjata ala Hollywood. Tak lupa menyisipkan sentuhan dingin terhadap karakter lainnya, yang ada di film ini. Film ini mampu menghadirkan sebuah alur cerita yang kuat dengan tampilan gambar dan akting yang cukup menghibur.

Jadi apakah Anda, seorang penikmat film atau penikmat games, film ini dapat dijadikan alternatif tontonan yang segar di tengah kejenuhan Anda dari berbagai rutinitas pekerjaan.